Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah gangguan perkembangan pada usia anak yang berdampak pada kemampuannya berinteraksi. Masyarakat mengenali gangguan ini melalui cara komunikasi dan sosialisasi pasiennya. Anak dengan ASD cenderung menghindari kontak sosial, dengan mengamuk atau melarikan diri. Kontak hanya dilakukan ketika mereka memerlukan sesuatu. Autisme dapat dibagi berdasarkan perlunya penanganan.
Pengertian ASD
Dalam tulisan berjudul Penerapan Social Story untuk Menurunkan Perilaku Tantrum pada Anak Autism Spectrum Disorder dari Yohana Bertha Damarwulan Siregar dalam Repository Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang, gangguan spektrum autisme (ASD) adalah kelainan perkembangan sistem saraf pada seseorang yang dialami sejak lahir ataupun saat masa balita.
Centers for Disease Controland Prevention (CDC) dalam situsnya menjelaskan, ASD sering ditemukan pada anak laki-laki. Studi pada tahun 2016 terhadap anak-anak berusia 8 tahun di 11 lokasi di Amerika Serikat menyatakan, ASD 4,3 kali lebih banyak terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan.
Penyebab dan Faktor Risiko ASD
Menurut situs Healthline, penyebab ASD tidak diketahui secara pasti. Namun ada kondisi yang diduga dapat meningkatkan peluang anak mengalami ASD. Faktor risiko inilah yang wajib dihindari orang tua.
- Beberapa faktor risiko ASD adalah:
- Memiliki anggota keluarga dekat yang menderita autisme
- Mutasi genetik misal fragile X syndrome dan sindrom Rett
- Lahir dari orang tua yang sudah lanjut usia
- Memiliki berat badan yang rendah ketika lahir
- Ketidakseimbangan metabolisme
- Paparan logam berat dan racun lingkungan
- Riwayat infeksi virus pada ibu
- Paparan janin terhadap obat asam valproat atau thalidomide (Thalomid)
Ciri-Ciri dan Gejala Umum ASD
Menurut WHO, setiap orang dengan gangguan spektrum autisme atau ASD memiliki pola perilaku yang unik. Namun, terdapat beberapa gejala yang umum:
1. Masalah komunikasi
Orang yang memiliki gangguan spektrum autisme dapat mengalami kesulitan menggunakan atau memahami bahasa. Contohnya, keterlambatan perkembangan bicara dan kosakata yang terbatas untuk usia mereka, mengulangi serangkaian kata atau mengulang serangkaian kata atau frasa, memusatkan perhatian dan percakapan pada beberapa bidang topik, monoton dan datar bicara.
2. Kesulitan berinteraksi sosial
Hal ini termasuk mengalami kesulitan dalam berteman dan berinteraksi dengan orang lain, kesulitan memahami ekspresi wajah, kesulitan memahami emosi mereka sendiri dan orang lain, tidak melakukan kontak mata, tidak ingin dipeluk, tidak menjawab ketika dipanggil atau menolak melakukan sesuatu ketika diminta.
3. Perilaku yang berulang dan mengikuti
Gejala ini mungkin termasuk gerakan tubuh yang berulang-ulang, seperti mengepakkan tangan yang berulang, menggigit atau membenturkan kepala yang berulang, melakukan rutinitas yang sama setiap hari dan mengalami kesulitan menyesuaikan diri pada perubahan kecil.
4. Sensitivitas sensorik
Orang yang memiliki ASD dapat terlalu atau kurang peka terhadap suara, cahaya, sentuhan, rasa, bau, rasa sakit, dan rangsangan lainya.
Diagnosis ASD
Untuk mendiagnosis ASD, dapat dilakukan skrining. Skrining ASD dapat dilakukan pada bayi usia 18 hingga 24 bulan. Skrining dapat membantu mengidentifikasi ASD pada anak-anak lebih awal. Mereka mungkin mendapatkan perawatan lebih dini. Namun, perlu untuk dicatat bahwa skrining tidak selalu mengidentifikasi setiap anak yang autis dan anak-anak yang diskrining positif ASD belum tentu memilikinya.
Terdapat beberapa kombinasi tes untuk autisme, seperti:
– Tes DNA untuk penyakit genetik
– Evaluasi perilaku
– Tes visual dan audio mengesampingkan masalah penglihatan dan pendengaran yang tidak terkait dengan ASD
– Skrining terapi okupasi
– Kuesioner perkembangan.
Tim spesialis yang biasanya membuat diagnosis ASD adalah psikolog anak, terapis okupasi, dan ahli patologi bicara dan bahasa. ASD secara umum mungkin tidak bisa diobati, namun jelas bisa ditangani dengan berbagai latihan dan terapi. Pasien ASD juga bisa tumbuh dewasa menjadi individu mandiri dan bertanggung jawab.
Sumber : detikHealth